Kesan Pertama Jakarta
Setelah beberapa puluh kali ikut
seleksi BUMN akhirnya keterima untuk kali kedua di BUMN. Pertama kali diterima
adalah diperusahaan tambang minyak dan gas berplat merah namun urung diangkat
dikarenakan ada musibah yang menghinggap0didiriku (operasi red-Usus Buntu).
Sekarang diterima kembali diperusahaan plat merah tetapi dibindang perumahan
dan pemukiman masyarakat. Walau gaji tak sebesar di perusahaan minyak namun
saya syukuri aja, mungkin ini sudah rejekinya.
Mi8nggu kedua di April ini saya
sudah mulai masuk kantor dikawasan Jakarta Timur untuk mengikuti pendidikan
selama dua minggu nonstop. Nyari kosan tidak semudah yang dibayangkan, perlu
tenaga ekstra untuk mencari8ny6a agar murah dan dekat dengan lokasi kerja. Akhirnya
sa ya memi8lih lokasi yang berada diseberang kantor saya bekerja.
Namun yang perlu diperhatikan
disini adalah situasi dan kondisi jakarta yang carut marut bahkan kacau.
Dimulai dari sistem lalu lintas dan transportasi yang memang dikenal dari
dahulu sudah kacau dan tidak bisa diperbaiki walaupun telah dipilih gubernur
secara langsung oleh masyarakat Jakarta. Kemudian gaya hidup dijakarta yang
sangat kontras antara orang hedonis dan miskin sungguh sangat ironbi ketika
berpuluh-puluh apartemen mewah namun dipinggir teronjggok pemukiman yang kumuh.
Lanjut lagi menyoroti masalah
pendidikan, seakan program BOS (Bantuan Operasional Sekolah-red) tidak ada
fungsinya dengan melihat begitu banyaknya anak usia sekolah justru berada
dijalanan untuk?.Terakhior adanya istilah “no free for lunch” yang intinya
tidak ada yang gratis dijakarta dimulai dari kejamban sampai ke mall tidak ada
yang gratis, bahkan biaya untuk makan aja 3 kali lipat ketika saya kuliah di
Jawa Tengah……..Jakarta oh Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar